Sabtu, 12 Februari 2011

Renungan..,


Bagaimana Membeningkan Hati ?

Ini mungkin merupakan pendekatan bagaimana membersihkan hati sehingga hati menjadi bening dan bercahaya:
[]Pahamilah semoga beruntung[]
Dikisahkan ada suatu perlombaan melukis dengan kanvas berupa dinding bangunan berwarna putih, dimana hanya diikuti oleh dua negara peserta. Negara Amerika dan Cina. Peserta ditempatkan di dalam satu gedung dimana dinding sisi kiri untuk team team Amerika dan sisi kanan oleh team Cina, sehingga saling berhadapan. Satu gedung tersebut ditengahnya dipisahkan oleh dinding sekat yang terbuat dari kayu yang sewaktu-waktu dapat di buka. Ketentuan perlombaan, lukisan harus selesai dalam waktu tiga hari tiga malam.
Peserta dari Amerika telah mempersiapkan semua alat dan perlengkapan lukis selengkap mungkin. Sementara peserta negara Cina hanya memperlengkapi dengan kain lap dan peralatan seadanya.
Perlombaan pun dimulai, dengan giat peserta team Amerika melukis suatu pemandangan yang indah pada dinding sisi kiri. Sementara dinding kanan oleh team Cina malah sibuk menggosok dinding oleh kain lap sampai licin dan mengkilat.
Akhirnya batas waktu tiga hari habis, tibalah untuk menilai semua lukisan. Pertama juri menilai lukisan dari team Amerika, dengan lukisan suatu pemandangan yang bagus dan indah. Kemudian tiba giliran team Cina di nilai, semua juri kaget karena yang ada hanya dinding yang telah bening mengkilat. Dimana lukisan nya dan harus menilai apa? Sang juri bertanya. Dengan tenang team Cina menjawab “Silahkan para juri buka sekat dinding bagian tengah ini yang memisahkan kami dengan team Amerika, tentu anda akan lihat keindahan lukisan kami”.
Akhirnya dinding sekat tengah dibuka, dan nampaklah di dinding sebuah pemandangan yang indah. Dimana dinding tersebut memantulkan lukisan pemandangan dari team Amerika. Lebih indah dari lukisan team Amerika, ternyata team Cina menjadikan dinding menjadi mengkilap untuk menerima pantulan lukisan dari dinding sebelah kirinya, sehingga hasilnya lebih indah-sangat indah, dan mengalahkan team Amerika.
Sebuah Renungan:
Inilah mungkin sebuah gambaran hati, beningkan dengan ampunan terus menerus agar semakin mengkilap, bening, dan bercahaya, maka semakin indah dan dapat menerima semua gambaran bukan saja gambaran diri tetapi semua gambaran alam semesta. Seibarat kaca yang dapat menerima pantulan lukisan yang ada dihadapannya.
Kisah ini didasari sebuah hadist Nabi SAW.asss
Nabi Muhammad SAW, bersabda: “Tuntulah Ilmu walau harus ke negeri Cina”.


Anda dan Sang Khaliq

Orang sering sulit dimengerti, tidak pikir panjang dan selalu memikirkan diri sendiri, namun demikian... Ampunilah mereka.
Bila anda baik hati, anda mungkin menuduh anda egois, atau punya mau, namun demikian...  Tetaplah berbuat baik.
Bila anda sukses, anda akan menemui teman-teman yang tidak bersahabat, dan musuh-musuh sejati anda, namun demikian ............ Teruskan kesuksesan anda.
Bila anda jujur dan tulus hati, orang mungkin akan menipu anda, namun demikian ... Tetaplah jujur dan tulus hati.
Hasil karya anda bertahun-tahun dihancurkan orang dalam semalaman, namun demikian ... Tetaplah berkarya
Bila anda menemukan ketenangan dan kebahagiaan, mungkin banyak yang iri, namun demikian... syukurilah kebahagiaan anda
Kebaikan anda hari ini sering dilupakan orang, namun demikian... teruslah berbuat kebaikan
Berikanlah yang terbaik dari anda, namun itu pun tidak akan pernah memuaskan orang, namun demikian... tetaplah memberi yang terbaik
Pada akhirnya...
Perkaranya adalah antara anda dan Sang Khaliq... dan bukan antara anda dan mereka.


Garam dan Telaga

Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkah gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditabrukan garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan, "Coba, minum ini, dan bagaimana rasanya.."ujar Pa tua itu.
"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya samapilah mereka ke tepi telaga yang tenang.
Pak tua itu, lalu menaburkan kembali segenggam garam, kedalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga ini, dan mnumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pa tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya ?".
"Segar.". sahut tamunya. "Apakah kamu merasakan garam dalam air itu?", tanya Pak tua lagi. "Tidak", jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pa tua menepuk-nepuk punggung si anak muda, Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, rak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu sama, dan memang akan sama".
"Tapi kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkan dadamu menerima semuanya. Luaskan hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu".
Pak tua kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Qalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya, Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu merendam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan".
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak tua, si orang bijak itu, kembali, menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang membawa keresahan jiwa.

Tidak ada komentar: